Ini sudah kali kedua Aruna ditinggalkan oleh Mas Dipa. Pasangan barunya. Yah..Aruna tidak pernah mau dan bahkan merasa ganjal bila menyebut Mas Dipa adalah kekasihnya. Bukan karena tidak mau, bukan karena tidak bangga, atau bahkan tidak bahagia atas kehadiran sosok Pria berwajah Turki tersebut. Ini semua melainkan Aruna tidak ingin memeluk kekecewaan lagi. Aruna lebih sennag menyebutkan, calon suami. Walapun lamaran belum resmi dilakukan. Tetapi Orangtua Mas Dipa sudah datang menemui orangtua Aruna untuk membicarakan kelanjutan hubungan mereka berdua.
Seminggu setelah Mas Dipa berangkat lagi ke negeri Jiran itu, Aruna sudah mulai urinng-uringan. Jangankan seminggu, sehari saja Aruna sudah malas berpergian atau bahkan sudah setengah hati mengerjakan pekerjaannya dikantor. Setiap kali Aruna membuka tirai pintu menuju ruang tamu dirumahnya, Aruna pasti mengkerutkan kening dan memanyunkan bibirnya. “Huh,,,kangen juga dengan Mas Dipa, “ gerutu batinnya,
Ruang tamu itulah yang menjadi saksi mereka berdua melepas rindu, setelah 6 bulan saling mengenal lebih dalam. Setelah delapan tahun mereka tidak pernah bertatap muka. Dan hampir setiap hari, tanpa bosannya mereka menghabiskan waktu bersama. Meleburkan rasa cinta mereka dengan bercerita, bersenda gurau, berdebat, hingga tetesan airmata ketika Aruna sedang tak kuasa menahan amarah serta emosinya.
Pernah disuatu malam, Aruna minta diceritakan sejarah. Sejarah Turki Ustmani yang merupakan daerah asal nenek moyang Mas Dipa. Dengan senang hati, Mas Dipa yang cinta sejarah dan mememiliki banyak pengetahuan tentang sejarah banyak hal mau menceritakan pada Aruna yang sangat malas membaca buku.
“Una sayang,,, kamu tau nggak, kalau bangsa turki itu tercatat dalam sejarah atas keberhasilannya mendirikan dua dinasti, yaitu dinasti Turki Saljuk dan Turki Ustmani. Nah Kehancuran Dinasti Turki Saljuk oleh serangan bangsa Mongol merupakan awal dari terbentuknya Dinasti Turki Ustmani, kamu mau dengar kisahnya?,”
Dengan semanggat Aruna menganggukan kepalanya, layaknya anak kecil yang gembira diberikan permen oleh Orangtuanya. Hingga 3 jam kemudian baru Mas Dipa mapit pulang, karena tanpa terasa waktu sudah menunjukkan pukul dua belas malam.
*
Malam itu, Aruna merebahkan tubuhnya di atas ranjang yang beralaskan seprai dan bedcover warna coklat favoritnya. Tubuhnya terasa begitu lelah setelah seharian ia berkeliling ke rumah saudara untuk berlebaran. Pagi tadi pun Aruna berlebaran kerumah Mas Dipa bersama orangtuanya. Disana orangtua Aruna dan Mas Dipa bercerita dan bersenda gurau dengan serunya. Aruna tak banyak bicara pagi tadi. Pikirannya melayang-layang, raganya dirumah Mas Dipa, tapi hati dan pikriannya melayang mencari dimana Mas Dipa berada.
“Berlebihan banget tidak sih?,” ucap Aruna sambil berbisik dan mencoba memejamkan mata. Ah tapi rasa cinta dan sayang tidak mengenal usia. Tidak mengenal kenal lama atau baru. Semuanya berjalan dengan alami atas kuasa tuhan
.